Menjadikan Perbandingan Agama sebagai Cara Pandang

Oleh : Muryana, S.Th.I, M.Hum

Masih tentang Perbandingan Agama (PA), yang saat ini dikenal dengan Studi Agama-agama (SAA), saya akan menuliskan tentang apa yang saya dapatkan ketika diundang sebagai Narasumber dalam workshop Redesain Kurikulum Studi Agama-agama beberapa waktu lalu. Pertanyaan saya yang pertama, apa yang membuat redesain kurikulum dilakukan? Kedua, lulusan semacam apakah yang ingin dilahirkan oleh Studi Agama-agama?

Saya mulai dengan mencoba mengingat-ingat mata kuliah yang saya dapatkan selama belajar di Perbandingan Agama. Lalu saya melihat kurikulum yang ada sekarang. Mata kuliah yang ditawarkan tidak banyak yang berbeda, tapi ada yang baru. Nah, berdasarkan perbandingan ini (baca: salah satu keterampilan alumni perbandingan agama), ada struktur yang dapat saya tangkap. Pertama, saya belajar agama sendiri. Kedua, saya belajar agama orang lain. Ketiga, saya belajar pendekatan atau alat untuk mempelajari agama saya dan agama orang lain. Keempat, saya diminta untuk menentukan agama yang ingin saya tekuni.

Belajar agama sendiri itu saya dapatkan melalui mata kuliah-mata kuliah, dahulu istilahnya mata kuliah institusi, mata kuliah dengan tambahan kata Islam dan mata kuliah yang menjadi dasar untuk memahami Islam. Mata kuliah itu antara lain: Alquran dan Hadits serta ilmunya, Bahasa Arab, Fiqh, Tasawuf, Sejarah Peradaban Islam, Tafsir, Bahasa Arab. Saya jadi ingat penjelasan Dr. Moh Damami Zein di dalam kelas, bahwa sekolah di IAIN adalah jembatan belajar dari pesantren ke Pendidikan Tinggi. Itu berarti salah satu syarat belajar di IAIN idealnya sudah memiliki basis belajar agama Islam di jenjang sekolah sebelumnya. Jadi, sekolah di IAIN tidak ditujukan untuk belajar agama sejak dasar. Dari mata kuliah keIslaman yang ditawarkan ditujukan untuk menganalisis lebih lanjut bukan belajar dari awal. Apakah jika seperti ini akan menggoyahkan keimanan sebagai umat Islam? Ada banyak ilmu alat yang perlu dipelajari agar analisis dapat dilakukan secara cermat dan mendalam. Saya justru semakin haus akan Islam pada tahap ini dan sampai di sini.

Continue reading “Menjadikan Perbandingan Agama sebagai Cara Pandang”