Agama Adalah Tradisi

Oleh: Prof. Dr. Media Zainul Bahri

AGAMA ADALAH TRADISI, dalam arti sesuatu yang diyakini, dipahami dan dipraktikkan oleh manusia. Kita tidak bisa memverifikasi, apakah malaikat atau Tuhan mempraktikkan agama? Kita membaca dari “teks” bahwa malaikat atau jin misalnya melakukan ibadah, tapi hal itu tak pernah terlihat kasat mata dan tidak bisa diamati (unobservable). Hanya manusia, dengan segala kompleksitasnya, yang terlihat jelas meyakini, memahami dan mempraktikkan agama, selama berabad-abad, dari generasi ke generasi. Itulah yang kita sebut sebagai “tradisi”, atau “tradisi keagamaan” (religious tradition).

Tradisi itu terbentuk, dan semakin lama semakin berkembang secara kompleks, sebagai hasil dari hubungan erat antara teks keagamaan yang dipahami dengan konteks kultural (budaya, ekonomi dan politik) dan relasi sosial di antara orang-orang beragama itu sendiri atau antara orang beragama dengan orang-orang yang tidak beragama.

Jika para ilmuwan Eropa sejak masa modern, terutama di abad 19 Masehi, menyebut agama—bersama-sama dengan institusi pendidikan, birokrasi, negara, pariwisata, ekonomi dan lain-lain– sebagai “penemuan manusia”, saya lebih suka menyebut agama sebagai tradisi. Agama-agama yang hidup (living religions), yang awal kemunculannya banyak meminjam “tradisi lokal” di tempat agama itu lahir, kini ikut mengembangkan tradisi umat manusia. Continue reading “Agama Adalah Tradisi”