Pemudik, COVID-19 dan Kesadaran Beragama

M. Khusnun Niam

M. Khusnun Niam

Saat ini berbagai negara sedang dihebohkan dengan Virus Corona (COVID-19). Penyakit ini menjadi pandemik dan memberi bekas kepanikan pada nalar manusia. Menurut penulis, COVID-19 menjadi topik yang layak diperbincangkan para akademisi. Hal ini dilandasi berbagai fakta sosial yang menjadi akibat dari eksistensi penyakit ini. Di antara akibat yang paling terlihat di beberapa fakta media, mengerucut pada wilayah kemanusiaan. Tentunya hal ini menjadi awal pertanyaan penulis dan memotivasi untuk melakukan refleksi kritis terhadap wabah COVID-19 dan bencana kemanusiaan dalam keberagamaan.

Sejauh literatur yang penulis temukan, semua ajaran keyakinan memberikan ruang penuh untuk memfokuskan pada kebaikan-kebaikan dalam tindakan terkhusus pada manusia. Wujud tindakan tersebut merupakan bentuk beragama secara teologis-normatif, artinya mayoritas agama mengajarkan pemeluknya untuk humanis. Dengan demikian, kedudukan manusia dalam agama menjadi objek sentral yang banyak dikaji, baik menggunakan pendekatan Filosofis, Sosiologi, Antropologi dan berbagai lainnya.

Belajar dari Tokoh Islam Humanis

Dalam Islam, tauhid merupakan wujud ilmu humanis yang kental dengan prinsip ketuhanan. Menurut Musdah Mulia, tauhid merupakan wujud keadilan Tuhan yang seharusnya menjadi basis humanis seseorang beragama. Dalam hal ini, Musdah Mulia menekankan bahwa dalam tauhid tidak ada ketidakadilan, artinya tauhid membedakan semua kelas melalui jalan takwa. Takwa sendiri merupakan wujud aplikasi manusia beragama dengan logis dan sistematis serta sadar dalam bertindak, terkhusus menempatkan tujuan sesuai dengan dogma normatif. Konsep ini ditulis dalam bukunya, Islam dan Kesetaraan Gender.

Continue reading “Pemudik, COVID-19 dan Kesadaran Beragama”